
Sejak dulu, selain dikenal sebagai 'Kota Pelajar', Jogja juga dikenal sebagai 'Kota Sepeda'. Itu karena di kota ini banyak sekali sepeda, yang sehari-harinya dikendarai pelajar, guru dan para pegawai. Bisa dibilang, sepeda adalah kendaraan warisan dari zaman sebelum sepeda motor menjadi barang lumrah yang bisa dibeli dengan cicilan. Pada zaman keemasannya, sepeda itu layaknya sepeda motor di zaman sekarang. Membuat pemiliknya merasa bangga, karena punya kendaraan pribadi, walaupun belum dalam kategori mewah. Soalnya, saat itu yang masuk dalam kategori kendaraan mewah adalah sepeda motor, dan pastinya mobil. Sedangkan kendaraan pribadi lain, yang ada saat itu adalah kendaraan tradisional, yang umumnya hanya dimiliki oleh keluarga bangsawan, yaitu kereta kuda. Sedangkan kendaraan umum waktu itu ya tak jauh dari andong atau delman atau dokar, juga becak, dan biskota atau trem. Jadi, seperti sekarang sepeda motor menjadi wabah di jalanan, di zaman dulu, sepeda juga jadi penguasa jalanan.
Jadi, rasanya tidak terlalu mengherankan kalau sampai sekarang sepeda masih menjadi salah satu kendaraan pribadi yang masih banyak dipakai oleh masyarakat Jogja. Sebab, selain nilai historisnya, juga karena masyarakat kota ini sudah terbiasa dengan sepeda sejak kanak-kanak. Tapi bagaimana dengan sepeda motor? Itu adalah pilihan yang dilandasi oleh nilai kepraktisan, selain juga gengsi-untuk kalangan 'orang kaya baru'. Soalnya di toko sepeda, sebetulnya ada sepeda yang harganya justru lebih mahal dari sepeda motor. Bahkan sepeda onthel lawas pun ada yang harganya sampai puluhan juta. Karena itu, sepeda selain akan tetap menjadi kendaraan pribadi yang sehat, juga tetap bergengsi.
Mengingat sejarah sepeda di kota ini, maka tak mengherankanlah kalau pertumbuhan komunitas sepeda di Jogja jadi seperti jamur di musim hujan, di era kebangkitan kembali sepeda dewasa ini. Dan salah satunya adalah Komunitas Sepeda Kaskuser Jogja (SKJ), yang memiliki rumah online di salah satu forum ternama Indonesia.

Sulis mengatakan, dirinya sangat khawatir jika Jogja suatu saat nanti akan berubah menjadi kota yang penuh akan polusi, dan padat akan kemacetan, layaknya Jakarta. Oleh karena itu, dirinya bersama kawan-kawan lainnya, berusaha kembali menyosialisasikan sepeda sebagai transportasi yang sebenarnya sudah sejak dulu akrab dengan masyarakat Jogja.
Berkaitan dengan kondisi traffic di Jogja, Sulis mengatakan, sebenarnya pihak Pemkot Jogja sudah berusaha semaksimal mungkin menyeimbangkan arus tranportasi dan tingkat polusi di Jogja, dengan membuat berbagai program seperti car free day, busway, jalur khusus sepeda, dan lain-lain. Namun, sayangnya di mata Sulis, program-program ini kurang berjalan secara maksimal.

Saat ini, SKJ telah memiliki anggota sebanyak 250 orang, yang berasal dari berbagai latar belakang profesi yang berbeda. Mulai dari seniman, mahasiswa, karyawan swasta, kontraktor, dan lain-lain. Bagi anggota SKJ, sepeda ternyata begitu lekat dengan sendi-sendi kehidupan mereka, sehingga banyak anggota SKJ yang selalu beraktivitas menggunakan sepeda, seperti ke kampus ataupun ke kantor. Dan itu jadi sesuai dengan motto mereka, yakni: 'Sego Segawe' (sepeda kanggo sekolah lan nyambut gawe), yang artinya sepeda untuk sekolah dan bekerja.
Sumber: www.tnol.co.id
JADWAL KOPDAR:
Hari : jumat minggu I & III
Tempat : bertempat di depan angkringan KR dan sekitarnya parkir sepeda di halaman Rabobank)
Waktu : Pkl. 19.00-sak modare (till drop)
Acara : guyub dan NRan mulai pkl.20.00 (keliling kota jogja, jarak dekat)
JADWAL GMP (GOWES MINGGU PAGI):
Gowes Minggu Pagi diadakan setiap :
hari : Minggu, minggu II & IV
Tempat & Waktu : menyesuaikan, akan diberitahukan melalui thread SKJ di Kaskus
Acara : gowes bareng jarak sedang (lebih jauh dari NR kopdar)
JADWAL GOWES BARENG
gowes bareng jarak jauh, infonya di beritahukan melalui thread SKJ di Kaskus
Twitter: @KoskasJogja